Organ reproduksi betina pada unggas punya ciri khas yang beda sama mamalia. Kalau mamalia biasanya punya dua ovarium yang aktif, unggas cuma punya satu ovarium bagian kiri yang benar-benar berkembang dan berfungsi. Ovarium kanan berhenti berkembang sejak dalam embrio, atau istilahnya jadi rudimenter. Hal ini dianggap sebagai bentuk adaptasi supaya tubuh unggas lebih ringan. Meski cuma satu yang aktif, proses reproduksi tetap berjalan normal, termasuk pembuahan yang terjadi di bagian infundibulum oviduk.
Ovarium ayam bentuknya mirip buah anggur karena terdiri dari banyak folikel dengan ukuran yang berbeda-beda sesuai tahap perkembangannya. Di folikel inilah terjadi pembentukan hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron, sekaligus tempat terjadinya pematangan kuning telur (yolk). Estrogen berperan merangsang perkembangan saluran telur dan membantu penyimpanan protein dalam kuning telur, sedangkan progesteron memicu proses ovulasi. Ada juga proses yang disebut vitelogenesis, yaitu penimbunan kuning telur di dalam oosit. Proses ini sangat penting untuk pematangan ovum supaya siap dibuahi.
Oviduk unggas berbentuk saluran panjang berkelok-kelok dan punya beberapa bagian dengan fungsi berbeda. Infundibulum jadi tempat pertama masuknya ovum sekaligus lokasi terjadinya pembuahan. Lalu di magnum, kuning telur dilapisi albumen atau putih telur. Setelah itu masuk ke isthmus, tempat terbentuknya membran selaput kerabang. Di uterus (atau disebut shell gland), terbentuk kerabang keras dari kalsium karbonat. Terakhir, telur melewati vagina untuk ditambah lapisan kutikula sebelum keluar lewat kloaka. Proses pembentukan satu butir telur butuh waktu sekitar 25–26 jam, dan sebagian besar waktunya dipakai buat pengerasan kerabang.
Kerja organ reproduksi unggas ini dikendalikan oleh sistem hormon. Hipotalamus menghasilkan GnRH yang merangsang kelenjar hipofisis buat ngeluarin hormon FSH dan LH. FSH membantu pertumbuhan folikel, sementara LH berperan besar dalam proses ovulasi. Kombinasi kerja hormon-hormon ini bikin siklus reproduksi ayam bisa berjalan teratur. Gen WNT4 punya peran penting di bagian isthmus dan shell gland oviduk. Gen ini ngatur perkembangan jaringan reproduksi dan juga dipengaruhi sama hormon estrogen serta mikroRNA tertentu. Jadi, nggak cuma hormon aja yang berperan, tapi faktor genetik juga ikut menentukan kualitas reproduksi dan produksi telur.
Selain faktor dalam tubuh, faktor luar kayak pakan, cahaya, dan lingkungan juga berpengaruh besar. Pakan yang bagus harus cukup protein, kalsium, fosfor, dan vitamin D3 biar pembentukan kerabang berjalan lancar. Program pencahayaan juga penting banget karena cahaya bisa memicu keluarnya hormon reproduksi. Kalau cahaya cukup sesuai kebutuhan, ayam bisa lebih cepat mulai bertelur dan produksi tetap stabil. Suhu, kelembapan, dan ventilasi kandang juga harus dijaga biar ayam nggak stres, karena stres bisa nurunin produksi telur.
Penulis : Aditrio Fikriyanto
Sumber :
Organ_Unggas_Betina20200322-8116-kq38ax-libre.pdf
Sumber Gambar :
https://sl.bing.net/faHFqpEh1O0

